Di dalam mempelajari ilmu penyakit
tumbuhan (Fitopatologi) sebelum seseorang melangkah lebih lanjut untuk menelaah
suatu penyakit secara mendalam, terlebih dahulu harus bisa mengetahui tumbuhan
yang dihadapi sehat ataukah sakit. Untuk keperluan diagnosis, maka pengertian
tentang tanda dan gejala perlu diketahui dengan baik.
Gejala dapat setempat (lesional)atau
meluas (habital, sistemik). Gejala dapat dibedakan yaitu gejala primer dan
sekunder. Gejala primer terjadi pada bagian yang terserang oleh penyebab
penyakit. Gejala sekunder adalah gejala yang terjadi di tempat lain dari
tanaman sebagai akibat dari kerusakan pada bagian yang menunjukkan gejala
primer.
Berdasarkan perubahan-perubahan yang
terjadi di dalam sel, gejala dapat dibagi menjadi tiga tipe pokok yaitu :
a. Gejala-gejala Nekrotis : meliputi gejala-gejala yang
terjadinya karena adanya kerusakan pada sel atau matinya sel.
b. Gejala-gejala Hypoplastis : meliputi gejala-gejala yang
terjadinya karena terhambatnya atau terhentinya pertumbuhan sel
(underdevelopment).
c. Gejala-gejala Hyperplastis : meliputi gejala-gejala yang
terjadinya karena pertumbuhan sel yang melebihi biasa (overdevelopment).
A. TIPE NEKROTIS meliputi :
1. Hidrosis : sebelum sel-sel mati biasanya
bagian tersebut terlebih dahulu tampak kebasah-basahan. Hal ini karena air sel
keluar dari ruang sel masuk ke dalam ruang antar sel.
2. Klorosis : rusaknya kloroplast menyebabkan
menguningnya bagian-bagian tumbuhan yang lazimnya berwarna hijau.
3. Nekrosis : bila sekumpulan sel yang terbatas
pada jaringan tertentu mati, sehingga terlihat adanya bercak-bercak atau
noda-noda yang berwarna coklat atau hitam. Bentuk bercak ada yang bulat, memanjang,
bersudut dan ada yang tidak teratur bentuknya.
4. Perforasi (shot-hole) atau bercak
berlobang :
terbentuknya lubang-lubang karena runtuhnya sel-sel yang telah mati pada pusat
bercak nekrotis.
5. Busuk : gejala ini sebenarnya sama dengan
gejala nekrosis tetapi lazimnya istilah busuk ini digunakan untuk jaringan
tumbuhan yang tebal. Berdasarkan keadaan jaringan yang membusuk, dikenal
istilah busuk basah (soft rot) dan busuk kering (dry rot). Bila pada jaringan
yang membusuk menjadi berair atau mengandung cairan disebut busuk basah,
sebaliknya bila bagian tersebut menjadi kering disebut busuk kering.
6. Damping off atau patah rebah : rebahnya tumbuhan yang masih muda
(semai) karena pembusukan pangkal batang yang berlangsung ssangat cepat.
Dibedakan menjadi dua yaitu :
·
Pre
Emergen Damping off : bila pembusukan terjadi sebelum semai muncul di
atas permukaan tanah.
·
Post
Emergen Damping off : bila pembususkan terjadi setelah semai muncul di
atas permukaan tanah.
7. Eksudasi atau perdarahan : terjadinya pengeluaran cairan
dari suatu tumbuhan karena penyakit. Berdasarkan cairan yang dikeluarkan
dikenal beberapa istilah yaitu :
·
Gumosis
: pengeluaran gom (blendok) dari dalam tumbuhan.
·
Latexosis
: pengeluaran latex (getah) dari dalam tumbuhan.
·
Resinosis
: pengeluaran resin (damar) dari dalam tumbuhan.
8. Kanker : terjadinya kematian jaringan
kulit tumbuhan yang berkayu misalnya akar, batang dan cabang. Selanjutnya
jaringan kulit yang mati tersebut mengering, berbatas tegas, mengendap dan
pecah-pecah dan akhirnya bagian itu runtuh sehingga terlihat bagian kayunya.
9. Layu : hilangnya turgot pada bagian daun
atau tunas sehingga bagian tersebut menjadi layu.
10. Mati Ujung : kematian ranting atau cabang yang
dimulai dari ujung dan meluas ke batang.
11. Terbakar : mati dan mengeringnya bagian
tumbuhan tertentu laximnya daun, yang disebabkan oleh patogen abiotik. Gejala
ini terjadi secara mendadak.
B. TIPE HIPOPASTIS
meliputi
1. Etiolasi : tumbuhan menjadi pucat, tumbuh
memanjang dan mempunyai daun-daun yang sempit karena mengalami kekurangan
cahaya.
2. Kerdil (atrophy) : gejala habital
yang disebabkan karena terhambatnya pertumbuhan sehingga ukurannya menjadi
lebih kecil daripada biasanya.
3. Klorosis : terjadinya penghambatan
pembentukan klorofil sehingga bagian yang seharusnya berwarna hijau menjadi
berwarna kuning atau pucat. Bila pada daun hanya bagian sekitar tulang daun
yang berwarna hijaumaka disebut voin banding. Sebaliknnya jika bagian-bagian
daun di sekitar tulang daun yang menguning disebut voin clearing.
4. Perubahan simetri : hambatan pertumbuhan pada bagian
tertentu yang tidak disertai dengan hambatan pada bagian di depannya, sehingga
menyebabkan terjadinya penyimpangan bentuk.
5. Roset : hambatan pertumbuhan ruas-ruas
(internodia) batang tetapi pembentukan daun-daunnya tidak terhambat, sebagai
akibatnya daun-daun berdesak-desakan membentuk suatu karangan.
C. TIPE HIPERPLASTIS
meliputi
1. Erinosa : terbentuknya banyak trikom
(trichomata) yang luar biasa sehingga pada permukaan alat itu (biasanya daun)
terdapat bagian yang seperti beledu.
2. Fasiasi (Fasciasi, Fasciation) : suatu organ yang seharusnya bulat
dan lurus berubah menjadi pipih, lebar dan membelok, bahkan ada yang membentuk
seperti spiral.
3. Intumesensia (intumesoensia) : sekumpulan sel pada daerah yang
agak luas pada daun atau batang memanjang sehingga bagian itu nampak
membengkak, karena itu gejala ini disebut gejala busung (cedema).
4. Kudis (scab) : bercak atau noda kasar, terbatas
dan agak menonjol. Kadang-kadang pecah-pecah. Di bagian tersebut terdapat
sel-sel yang berubah menjadi sel-sel gabus. Gejala ini dapat dijumpai pada
daun, batang, buah atau umbi.
5. Menggulung atau mengeriting : gejala ini disebabkan karena
pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung
terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang
lain, sedang gejala mengeriting terjadi apabila sisi yang pertumbuhannya lebih
cepat bergantian.
6. Pembentukan alat yang luar biasa :
a. Antolisis (antholysis) : perubahan
dari bunga menjadi daun-daun kecil.
b. Enasi : pembentukan anak daun yang
sangat kecil pada sisi bawah tulang daun.
7. Perubahan Warna : perubahan yang dimaksud di sini
adalah perubahan yang bukan klorosis yang terjadi pada suatu organ (alat
tanam).
8. Prolepsis : berkembangnya tunas-tunas tidur
atau istirahat (dormant) yang berada dekat di bawah bagian yang sakit,
berkembang menjadi ranting-ranting segar yang tumbuh vertikal dengan cepat yang
juga dikenal dengan tunas air.
9. Rontoknya alat-alat : rontoknya daun, bunga atau buah
yang terjadi sebelum waktunya dan dalam jumlah yang lebih besar dari biasanya.
Rontoknya alat tersebut karena terbentuknya lapisan pemisah (abcission layar)
yang terdiri dari sel-sel yang berbentuk bulat dan satu sama lain terlepas.
10. Sapu (witches broom) : berkembangnya tunas-tunas ketiak
atau samping yang biasanya tidur (latent) menjadi seberkas ranting-ranting
rapat. Gejala ini umumnya disertai dengan terhambatnya perkembangan ruas-ruas
(internodia) batang, daun pada tunas baru.
11. Sesidia (cecidia) atau tumor : pembenkakan setempat pada jaringan
tumbuhan sehingga terbentuk bintil-bintil atau bisul-bisul. Bintil ini dapat
terdiri dari jaringan tanaman dengan atau tanpa koloni patogennya.
Berdasarkan penyebabnya dibedakan
menjadi :
a. Fitosesidia (phytocecidia) : bila
penyebabnya tergolong dalam dunia tumbuhan.
b. Zoosesidia (zoocecidia) : bila
penyebabnya tergolong dalam dunia hewan atau binatang.
RANGKUMAN
Pada umumnya tanaman yang sakit akan
menunjukkan gejala yang khusus. Gejala adalah perubahan yang ditunjukkan oleh
tumbuhan itu sendiri sebagai akibat adanya serangan suatu penyebab penyakit.
Seringkali beberapa penyebab penyakit menunjukkan gejala yang sama sehingga
dengan memperhatikan gejala saja, tidak dapat ditentukan diagnosis dengan
tepat. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya tanda (sign) dari penyebab
penyakitnya.
Gejala dalam garis besarnya dapat
dibedakan menjadi tiga tipe gejala pokok, yaitu gejala-gejala nekrotik,
hyperplastik dan hiplastik. Dari masing-masing tipe gejala pokok ini dapat
dibedakan menjadi gejala-gejala yang lebih khusus lagi.
No comments:
Post a Comment