Evaluasi
kesesuian lahan adalah penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan
untuk penggunaan tertentu (Sitorus, 1998). Menurut Husein (1981),
evaluasi lahan adalah usaha untuk mengelompokkan tanah-tanah tertentu
sesuai dengan kebutuhan tanaman. Kelas kesesuian lahan untuk suatu
areal dapat berbeda tergantung dari penggunaan lahan yang sedang
dipertimbangkan.
Selanjutnya
Sitorus (1998) menyatakan bahwa evaluasi lahan pada hakekatnya merupakan
proses pendugaan potensi sumber daya lahan untuk berbagai kegunaan
dengan cara membandingkan persyaratan yang diperlukan untuk suatu
penggunaan lahan dengan sifat sumber daya yang ada pada lahan
tersebut. Fungsi kegiatan evaluasi lahan adalah memberikan
pengertian tentang hubungan antara kondisi lahan dengan penggunaannya
serta memberikan kepada perencana berbagai perbandingan dan alternatif
pilihan penggunaan yang dapat diharapkan berhasil.
FAO (1976) dalam Djaenuddin dkk (1994)
menyatakan bahwa evaluasi lahan dapat dibedakan atas a) pendekatan dua
tahap yaitu tahapan pertama berdasarkan evaluasi lahan secara fisik atau
bersifat kualitatif kemudian diikuti dengan tahapan kedua berdasarkan
analisis ekonomi dan sosial, b) pendekatan paralel dimana evaluasi lahan
baik secara fisik maupun ekonomi dilaksanakan secara bersamaan.
Tanah
Menurut Arsyad
(1985), tanah mempunyai dua fungsi utama yaitu (1) sebagai sumber unsur
hara bagi tumbuhan dan (2) sebagai matriks tempat akar tumbuhan
berjangkar, air tanah tersimpan dan tempat unsur-unsur hara dan air
ditambahkan. Kedua fungsi tersebut akan habis atau hilang
disebabkan kerusakan tanah. Hilangnya fungsi pertama dapat
diperbaharui dengan mengadakan pemupukan, tetapi hilangnya fungsi kedua
tidak mudah diperbaharui.
Iklim
Iklim sangat
berpengaruh terhadap usaha pertanian dan kadang-kadang merupakan faktor
penghambat utama disamping faktor-faktor lainnya. Iklim dapat
berpengaruh terhadap tanah, tanaman dan terhadap hama dan penyakit
tanaman (Kartasapoetra dan Sutedjo, 1985).
Sandy (1977)
menyatakan bahwa unsur-unsur iklim yang berpengaruh terhadap penggunaan
tanah adalah suhu dan curah hujan. Suhu (tenperatur) sangat
ditentukan oleh perbedaan tinggi tempat, sedangkan curah hujan sangat
ditentukan oleh intensitas dan distribusinya.
Topografi
Ketinggian di
atas permukaan laut, panjang dan derajat kemiringan lereng, posisi
bentang lahan mudah diukur dan dinilai sangat penting dalam evaluasi
lahan. Faktor-faktor topografi berpengaruh langsung dan tidak
langsung terhadap kualitas tanah. Faktor ini berpengaruh
berpengaruh terhadap kemungkinan bahaya erosi atau mudah tidaknya
diusahakan demikian pula didalam program mekanisme pertanian (Sitorus,
1989).
Vegetasi
Salah satu unsur
lahan yang dapat berkembang secara alami atau sebagai hasil dari
aktifitas manusia adalah vegetasi baik pada masa lalu atau masa
kini. Vegetasi dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengetahui
potensi lahan atau kesesuaian lahan bagi suatu penggunaan tertentu
melalui adanya tanaman-tanaman sebagai indikator (Sitorus, 1989).
Sosial Ekonomi
Menurut Sitorus
(1989), ada 3 masalah utama dalam menggunakan data sosial ekonomi utnuk
evaluasi lahan yaitu : (1) pengevaluasian mungkin tidak mengetahui
secara tepat nomenklatur dan konsep ekonomi, (2) data ekonomi yang
tersedia pada umumnya didasarkan atas kerangka yang berbeda dari
informasi-informasi lainnya, (3) faktor-faktor ekonomi yang selalu
berubah-ubah. Dengan alasan-alasan di atas sebagian besar sistem
evaluasi lahan mencoba menghindari pertimbangan faktor sosial dalam
pengevaluasian lahan.
Metode Pendekatan Dalam Evaluasi Lahan
Ada tiga metode
pendekatan yang digunakan dalam evaluasi kesesuaian lahan yaitu dengan
pendekatan pembatas, parametrik dan kombinasi pendekatan pembatas dan
parametrik.
Pendekatan
Pembatas
Pendekatan
pembatas adalah suatu cara untuk menyatakan kondisi lahan atau
karakteristik lahan pada tingkat kelas, dimana metode inimembagi lahan
berdasarkan jumlah dan intensitas pembatas lahan. Pembatas lahan
adalah penyimpangan dari kondisi optimal karakteristik dan kualitas
lahan yang memberikan pengaruh buruk untuk berbagai penggunaan lahan
(Sys et al., 1991).
Metode ini
membagi tingkat pembatas suatu lahan ke dalam empat tingkatan, sebagai
berikut :
a.
0 (tanpa pembatas),
digolongkan ke dalam S1
b.
1 (pembatas ringan),
digolongkan ke dalam S1
c.
2 (pembatas sedang),
digolongkan ke dalam S2
d.
3 (pembatas berat),
digolongkan ke dalam S3
e.
4 (pembatas sangat
berat), digolongkan ke dalam kelas N1 dan N2
Pendekatan Parametrik
Pendekatan
parametrik dalam evaluasi kesesuaian lahan adalah pemberian nilai pada
tingkat pembatas yang berbeda pada sifat lahan, dalam skala normal
diberi nilai maksimum 100 hingga nilai minimum 0. Nilai 100
diberikan jika sifat lahan optimal untuk tipe penggunaan lahan yang
dipertimbangkan (Sys et al., 1991).
Pendekatan
parametrik mempunyai berbagai keuntungan yaitu kriteria yang dapat
dikuantifikasikan dan dapat dipilih sehingga memungkinkan data yang
obyektif; keandalan, kemampuan untuk direproduksikan dan ketepatannya
tinggi. Masalah yang mungkin timbul dalam pendekatan parametrik
ialah dalam hal pemilihan sifat, penarikan batas-batas kelas, waktu yang
diperlukan untuk mengkuantifikasikan sifat serta kenyataan bahwa
masing-masing klasifikasi hanya diperuntukkan bagi penggunaan lahan
tertentu (Sitorus, 1998)
Kombinasi
Pendekatan Pembatas dan Parametrik
Kombinasi
pendekatan parametrik dan pendekatan pembatas sering digunakan untuk
menentukan kelas kesesuaian lahan untuk penggunaan tertentu.
Penentuan kelas kesesuaiannya dilakukan dengan cara memberi bobot
atau harkat berdasarkan nilai kesetaraan tertentu dan menentukan tingkat
pembatas lahan yang dicirikan oleh bobot terkecil (Sys et al., 1991).
Kriteria Penilaian Kelas Kesesuain Lahan
Indeks
Lahan
atau
Iklim
|
Nilai
Ekivalensi
|
Tingkat
Pembatas
|
Kelas
Kesesuaian
Lahan
|
>
75
50 –
75
25 –
50
12 –
25
<
12
|
100 –
85
85 –
60
60 –
40
40 –
25
<
25
|
Tidak
ada
Ringan
Sedang
Berat
Sangat
Berat
|
S1
S2
S3
N1
N2
|
Sumber : Sys et al. (1991)
Klasifikasi
Kesesuaian Lahan
Kesesuaian lahan
merupakan penggambaran tingkat kecocokan sebidang lahan untuk penggunaan
tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan merupakan penilaian
pengelompokan suatu kawasan tertentu. Klasifikasi kesesuaian lahan
merupakan penilaian dan pengelompokan suatu kawasan tertentu dari lahan
dalam hubungannya dengan penggunaan yang dipertimbangkan (FAO, 1976) dalam Sitorus
(1998).Struktur dari kesesuaian lahan menurut metode FAO (1976) yang
terdiri dari empat kategori yaitu :
(1) Ordo
: menunjukkan jenis/macam kesesuaian atau keadaan
kesesuaian secara umum.
(2) Kelas
: menunjukkan tingkat kesesuaian dalam ordo.
(3) Sub-kelas :
menunjukkan jenis pembatas atau macam perbaikan yang diperlukan di dalam
kelas.
(4) Unit
: menunjukkan perbedaan-perbedaan kecil yang diperlukan
dalam pengelolaan di dalam sub-kelas.
Ordo
Tingkat ini
menunjukkan apakah lahan sesuai atau tidak sesuai untuk penggunaan
tertentu. Oleh karena itu ordo kesesuaian lahan dibagi dua, yaitu :
a.
Ordo S : Sesuai
Lahan yang
termasuk ordo ini adalah lahan yang dapat digunakan untuk suatu
penggunaan tertentu secara lestari, tanpa atau dengan sedikit resiko
kerusakan terhadap sumber daya lahannya. Keuntungan yang
diharapkan dari hasil pemanfaatan lahan ini akan melebihi masukan yang
diberikan.
b.
Ordo N : Tidak Sesuai
Lahan yang
termasuk ordo ini mempunyai pembatas sedemikian rupa sehingga mencegah
suatu penggunaan secara lestari.
Kelas
Ada tiga kelas
dari ordo tanah yang sesuai dan dua kelas untuk ordo tidak sesuai, yaitu
:
Kelas S1 : Sangat Sesuai
Lahan tidak
mempunyai pembatas yang berat untuk suatu penggunaan secara lestari atau
hanya mempunyai pembatas yang tidak berarti dan tidak berpengaruh
secara nyata terhadap produksinya serta tidak akan menaikkan masukan
dari apa yang telah biasa diberikan.
Kelas S2 : Cukup Sesuai
Lahan yang
mempunyai pembatas-pembatas agak berat untuk suatu penggunaan yang
lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas dan keuntungan
sehingga akan meningkatkan masukan yang diperlukan.
Kelas S3 : Sesuai
Marjinal
Lahan yang
mempunyai pembatas-pembatas yang sangat berat untuk suatu penggunaan
yang lestari. Pembatas akan mengurangi produktivitas atau
keuntungan dan perlu menaikkan masukan yang diperlukan.
Kelas N1 : Tidak Sesuai pada
saat ini
Lahan yang
mempunyai pembatas yang lebih berat, tetapi masih mungkin diatasi.
Kelas N2 : Tidak Sesuai
selamanya
Lahan yang
mempunyai pembatas yang permanen, mencegah segala kemungkinan penggunaan
lahan.
Sub Kelas
Sub kelas
kesesuaian lahan menggambatkan jenis faktor pembatas. Sub kelas
ditunjukkan oleh huruf jenis pembatas yang ditempatkan sesudah simbol
S2, S3, atau N sedangkan S1 tidak mempunyai sub kelas karena tidak
mempunyai faktor pembatas.
Beberapa jenis pembatas yang menentukan
sub kelas kesesuaian lahan, yaitu :
a. Pembatas iklim (c)
b. Pembatas topografi (t)
c. Pembatas kebasahan (w)
d. Pembatas faktor fisik tanah (s)
e. Pembatas faktor kesuburan tanah (f)
f. Pembatas salinitas dan alkalinitas
(n)
Pustaka
: Tanah Juang
No comments:
Post a Comment