Lazada Indonesia

Tuesday 18 November 2014

KONSEP AMDAL

Konsep AMDAL pertama kali tercetus di Amerika Serikat pada tahun 1969 dengan istilah Environmental Impact Assesment (EIA), akibat dari bermunculannya gerakan-gerakan dari aktivis lingkungan yang anti pembangunan dan anti teknologi tinggi. AMDAL adalah hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang sedang direncanakan terhadap lingkungan hidup, yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan. AMDAL mempunyai maksud sebagai alat untuk merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan. Di Indonesia, AMDAL tertera dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup, dan pelaksanaannya diatur dengan Peraturan Pemerintah Nomor 27 tahun 1999. Dengan demikian AMDAL merupakan sarana teknis yang dipergunakan untuk memperkirakan dampak negatif dan positif yang akan ditimbulkan oleh suatu kegiatan yang direncanakan terhadap lingkungan hidup. Dengan dilaksanakannya AMDAL, maka pengambilan keputusan terhadap rencana suatu kegiatan telah didasarkan kepada pertimbangan aspek ekologis. Dari uraian di atas, maka permasalahan yang kita hadapi adalah bagaimana malaksanakan pembangunan yang tidak merusak lingkungan dan sumber-sumber daya alam, sehingga pembangunan dapat meningkatkan kemampuan lingkungan dalam mendukung terlanjutkannya pembangunan. Dengan dukungan kemampuan lingkungan yang terjaga dan terbina keserasian dan keseimbangannya, pelaksanaan pembangunan, dan hasil-hasil pembangunan dapat dilaksanakan dan dinikmati secara berkesinambungan dari generasi ke generasi.

Setiap rencana usaha dan/atau kegiatan yang kemungkinan dapat menimbulkan dampak besar dan penting terhadap lingkungan hidup wajib memiliki analisis mengenai dampak lingkungan hidup. Sebagai bagian dari studi kelayakan untuk melaksanakan suatu rencana usaha dan/atau kegiatan, analisis mengenai dampak lingkungan hidup merupakan syarat yang harus dipenuhi untuk mendapatkan izin melakukan usaha dan/atau kegiatan. Hal itu merupakan konsekuensi dari kewajiban setiap orang untuk memelihara kelestarian fungsi lingkungan hidup serta mencegah dan menanggulangi pencemaran dan perusakan lingkungan hidup. Konsekuensinya adalah bahwa syarat dan kewajiban sebagaimana ditentukan dalam rencana pengelolaan lingkungan hidup dan rencana pemantauan lingkungan hidup harus dicantumkan sebagai ketentuan dalam izin melakukan usaha dan/atau kegiatan yang bersangkutan.
(pustaka: http://bplh.egref.com)

Saturday 15 November 2014

Rukun Iman

Orang dewasa jasmani dan akalnya yang menginginkan dirinya selamat di dunia dan di akhirat, wajib percaya dengan sebenarnya terhadap Rukun Iman yang terdiri dari enam hal pokok yakni :
  1. Percaya kepada Allah Swt.
  2. Percaya kepada Malaikat-Malaikat-Nya.
  3. Percaya kepada Kitab-Kitab-Nya.
  4. Percaya kepada Rasul-Rasul-Nya.
  5. Percaya kepada Hari Kemudian.
  6. Percaya kepada Qadar.
Dasar pokok wajib percaya, atau wajib beriman secara Islam adalah:

Wahai orang-orang yang beriman, tetaplah beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan kepada kitab yang Allah turunkan kepada Rasul-Nya serta kitab yang Allah turunkan sebelumnya. Barangsiapa yang kafir kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, dan hari kemudian, maka sesungguhnya orang itu telah sesat sejauh-jauhnya (Q.S. An Nisaa (4): 136)

Iman itu ialah bahwa: engkau (mesti) percaya kepada Allah, kepada Malaikat-Malaikat-Nya, kepada Kitab-Kitab-Nya, kepada Rasul-Rasul-Nya, kepada Hari Kemudian-Nya, kepada Qadar baik dan jahat-Nya. (H.R. Muslim).

1.    Allah adalah tempat bergantung segala sesuatu, segala sesuatu membutuhkan Dia, segala sesuatu tidak ada yang menyerupai Allah, Allah Maha Menentukan hal-hal segala sesuatu yang meliputi: manusia, hewan, tumbuh-tumbuhan dan alam padat, alam cair serta alam gas.
                                      
Sesungguhnya ini adalah kisah yang benar, dan tak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Allah; dan sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana (Q.S. Ali Imran (3): 62)

Dan Tuhanmu adalah Tuhan Yang Maha Esa; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang. (Q.S. Al Baqarah (2): 163)

2.    Allah telah menciptakan makhluk-Nya yang disebut Malaikat, malaikat itu hidup walau tidak sama dengan manusia, malaikat itu senantiasa taat pada Allah dan tidak pernah Membantah perintah Allah.

Dia dibawah turun oleh Ar-Ruh Al Amin (Jibril),Ke dalam hatimu (Muhammad) agar kamu menjadi salah seorang di antara orang-orang yang memberi peringatan, (Q.S. Asy Syu'ara (26): 193 - 194).

Katakanlah: "Ruhul Qudus (Jibril) menurunkan Al Qur'an itu dari Tuhanmu dengan benar, untuk meneguhkan (hati) orang-orang yang telah beriman, dan menjadi petunjuk serta kabar gembira bagi orang-orang yang berserah diri (kepada Allah)". (Q.S. An Nahl (16): 102).

Malaikat itu bukan perempuan dan bukan laki-laki:

Sesungguhnya orang-orang yang tiada beriman kepada kehidupan akhirat, mereka benar-benar menamakan malaikat itu dengan nama perempuan.(Q.S. An Najm (53): 27).

3.    Percaya secara mendasar terhadap  seluruh firman Allah yang telah terbukukan, yaqng disebut kitab-kitab-Nya. Kitab-kitab-Nya tersebut diwahyukan kepada para nabi dan rasul-Nya sebagai pedoman umat manusia dalam hidup dan berkehidupan dalam arti yang seluas-luasnya. Muslimin-muslimah percaya bahwa para Nabi dan Rasul Allah itu menyampaikan ajarannya dengan berdasarkan firman Allah Swt. yang diterimanya sebagai mukjizat baginya. Dengan berpedoman pada Kitab tersebut maka terwujudlah kebahagiaan dunia dan akhirat.

Mereka itu tidak mendahului-Nya dengan perkataan dan mereka mengerjakan perintah-perintahNya. (Q.S. Al Anbiya (21): 27).

Kitab (Al Qur'an)  ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertakwa. (Q.S. Al Baqarah (2): 2).

4.    Percaya pada Rasul-rasul-Nya, sebagai utusan-utusan Allah Swt. Sesuai jamannya masing. Masing. Rasul-rasul tersebut diutus Allah untuk menyampaikan perintah dan larangan Allah Swt. demi kebahagiaan umat manusia dunia dan akhirat.

Dan tidak ada bagi seorang manusiapun bahwa Allah berkata-kata dengan dia kecuali dengan perantaraan wahyu atau di belakang tabir atau dengan mengutus seorang utusan (malaikat) lalu diwahyukan kepadanya dengan seizing-Nya apa yang Dia kehendaki. Sesungguhnya Dia Maha Tinggi lagi Maha Bijaksana. (Q.S. Asy Syura (42): 51)

Sesungguhnya Kami mengutus kamu dengan membawa kebenaran sebagai pembawa berita gembira dan sebagai pemberi peringatan. Dan tidak ada sesuatu umatpun melainkan telah ada padanya seorang pemberi peringatan. (Q.S. Faathir (35): 24).


Muhammad itu sekali-kali bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup nabi-nabi. Dan adalah Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. (Q.S. Al Ahzab (33): 40).


5.    Percaya akan adanya hari yang semua makhluk binasa atas kuasa Allah dan kemudian sekalian manusia dibangkitkan untuk diperiksa dan diberikan balasan sesuai dengan timbangan amalan saat hidup dewasanya di dunia.


Dan sesungguhnya hari kiamat itu pastilah dating, tak ada keraguan padanya; dan bahwasanya Allah membangkitkan semua orang di dalam kubur. (Q.S. Al Hajj (22): 7).

Dan ditiuplah sangkakala, maka matilah siapa yang di langit dan dibumi kecuali siapa yang dikehendaki Allah. Kemudian ditiup sangkakala itu sekali lagi, maka tiba-tiba mereka berdiri menunggu (putusannya masing-masing). (Q.S. Az Zumar (39): 68).





(6). Dan adapun orang-orang yang berat timbangan (kebaikan) nya. (7). Maka dia berada dalam kehidupan yang memuaskan. (8). Dan adapun orang-orang yang ringan timbangan (kebaikan) nya. (9). Maka tempat kembalinya adalah neraka Hawiyah. (10). Dan tahukah kamu neraka Hawiyah itu?. (11). (Yaitu) api yang sangat panas. (Q.S. Al Qariah (101): 6-11).


6.    Percaya bahwa semua terjadi setelah berusaha dengan sesuai kemampuan yang ada dan atau kesadaran yang ada maka itu adalah merupakan “qadar” ketentuan dari  Yang Maha Kuasa Allah Swt. yang mutlak adanya.

Di mana daja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh, dan jika mereka memperoleh kebaikan, mereka mengatakan: “Ini adalah dari sisi Allah”, dan kalau mereka ditimpa sesuatu bencana mereka mengatakan: “Ini (datangnya) dari sisi kamu (Muhammad)”. Katakanlah: “Semuanya (datang) dari sisi Allah”. Maka mengapa orang-orang itu (orang munafik) hamper-hampir tidak memahami pembicaraan sedikitpun? (Q.S. An Nisa (4): 78).